Xi Jinping Dorong Aliansi Strategis Asia Timur Menghadapi Kebijakan Tarif Amerika Serikat
Dalam situasi ekonomi internasional yang kian tidak menentu, terutama akibat kebijakan perdagangan agresif dari Amerika Serikat, Presiden Tiongkok Xi Jinping mengambil langkah diplomatik dengan menjalin kemitraan yang lebih erat bersama negara-negara Asia Tenggara.
Aliansi ini di anggap sebagai upaya Tiongkok untuk menyeimbangkan pengaruh global, sekaligus memperluas jangkauan kerja sama regional di kawasan Asia Timur. Melalui berbagai forum kerja sama, termasuk pertemuan tingkat tinggi antara ASEAN dan Tiongkok, Xi menekankan pentingnya solidaritas ekonomi di kawasan.
Salah satu fokus utama yang di bawa oleh Tiongkok adalah penguatan kerja sama lintas sektor, mulai dari perdagangan bebas, pembangunan infrastruktur, hingga investasi jangka panjang. Program strategis yang di kenal sebagai Belt and Road Initiative terus di tawarkan sebagai platform untuk memperkuat konektivitas ekonomi antarnegara.
Sejumlah analis melihat bahwa pendekatan ini tidak hanya di tujukan untuk melindungi kestabilan ekonomi dalam negeri Tiongkok. Namun juga sebagai strategi menghadapi isolasi ekonomi yang di lakukan Amerika Serikat melalui kebijakan tarif impor yang tinggi.
Negara-negara ASEAN, yang banyak bergantung pada stabilitas perdagangan internasional. Menyambut positif niat Tiongkok dalam menjalin kerja sama regional yang saling menguntungkan. Meskipun terdapat sejumlah perbedaan pandangan dalam isu geopolitik. Terutama di wilayah Laut Cina Selatan, jalur dialog ekonomi tetap dibuka sebagai titik temu bagi kepentingan bersama.
Di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian, Asia Tenggara kini memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekonomi kawasan. Langkah Tiongkok untuk mempererat hubungan dengan ASEAN menandakan pergeseran strategi menuju kerja sama multilateral sebagai penopang pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.